Jumat, 03 April 2009

Mengenali Tingkah Laku Peserta Didik di Sekolah

Kamis, 19-03-2009

Oleh : Adolf Bramandita

Sebuah keluarga terheran-heran, dengan perilaku anaknya di sekolah. Mengapa? Keluarga ini menyampaikan bahwa selama ini anaknya apabila di rumah menunjukkan sikap yang penurut dan baik. Kemudian yang perlu diamati, kenapa di sekolah menjadi berubah 100%? Hal ini yang terkadang membuat orang tua merasa tertipu oleh tingkah laku anaknya, yang kebetulan jika dibandingkan di rumah dan di sekolah. Apa sebab?

Orang tua sudah bisa dipastikan memasrahkan anaknya untuk dididik di sekolah, bisa jadi orang tua tinggal menunggu hasil dari proses pendidikan tersebut. Namun terjadi ketidakselarasan sikap peserta didik dalam bertingkah laku baik rumah ataupun di sekolah. Ini yang perlu kita amati. Peserta didik yang seperti ini perlu pendampingan khusus dan diperhatikan secara intensif dengan melihat proses terbentuknya sikap yang terkadang menjadi pengganggu di sekolah namun di saat yang sama menunjukkan sikap yang baik di rumah.

Perilaku siswa yang cenderung tidak stabil ini bisa disebabkan oleh Pertama, pengaruh dari lingkungan keluarga yang merasa tidak diperhatikan, artinya orang tua sibuk dengan urusannya sehingga tidak mengikuti perkembangan si anak. Ada kemungkinan terjadinya konflik di dalam keluarga yang membuat si anak tidak ada pegangan hidup. Sehingga si anak merasa ditinggalkan dan kesepian di dalam dunianya. Maka dari itu si anak butuh perlindungan dan perhatian, namun kondisi ini mengarahkan si anak untuk lari dari realitas. Ada kemungkinan akan membentuk pribadi si anak untuk mencari perhatian di luar rumah (sekolah) dan juga di tengah lingkungan teman-temannya.

Kedua, lingkungan di luar keluarga. Bisa jadi di sekitar rumah. Lingkungan di luar keluarga ini akan memberikan tawaran yang membuat si anak merasa diterima. Tawaran ini biasanya berupa pengakuan diri di tengah teman-temannya. Ada kesan gengsi apabila tidak mengikuti keinginan tersebut. Pengakuan diri ini muncul di masa perkembangan anak memasuki dunia remaja. Dunia remaja ini sangat manusiawi selama tidak mengarah pada hal yang negatif dan menghancurkan hidup si anak.

Hampir setengah hari dari kehidupan si anak dihabiskan di sekolah, untuk itu pengawasan bertumpu pada peran guru. Tetapi bukan berarti orang tua lepas tangan dengan perkembangan si anak. Karena setelah pulang ke rumah tentunya porsi pengawasan orang tua jauh lebih besar dibanding guru di sekolah. Saat di sekolah inilah guru menjadi semacam orang tua kedua bagi peserta didik. Segala keluh kesah dan permasalahan akan ditumpahkan kepada guru tertentu. Ini terjadi apabila guru membuka diri dengan posisinya terhadap peserta didik. Membuka diri artinya tidak membuat jarak kepada peserta didik untuk menjadi teman atau sekedar sahabat dalam berbagi pengalaman.

Pengalaman ini saya dapat sewaktu mengajar di kawasan Indonesia bagian timur. Kedekatan antara siswa dan guru menjadikan peserta didik merasa diperhatikan dan dimengerti pola perkembangannya. Kedekatan ini bisa menjadi sarana untuk mengenal lebih jauh peserta didik secara pribadi maupun dalam hal perkembangan pendidikannya. Guru seharusnya juga punya misi untuk lebih mengedepankan proses pendampingan agar lebih tercapainya peran pendidikan yang sebenarnya. Apalagi ada kecenderungan orang tua yang sangat percaya dengan pendidikan di sebuah institusi tertentu. Yaitu membentuk karakter peserta didik dan mengarahkannya dalam menemukan tujuan hidupnya.

Dengan model pendidikan karakter ini peserta didik diajak untuk berani mengambil keputusan dalam hidupnya. Membentuk sikap yang memiliki daya juang dalam hidup serta tidak mudah patah semangat. Mengenali sikap perilaku peserta didik yang cenderung menyendiri, pengganggu dan ataupun perilaku yang mengarah ke negatif, perlu pendekatan khusus agar lebih dipahami pola-pola yang muncul dalam kesehariannya. Setelah mengetahui sebab akibatnya, lalu guru memberi kesadaran pada peserta didik untuk menyikapinya lebih dewasa. Pendampingan dan pendekatan ini tidak secara instan akan mendapatkan hasil, perlu proses panjang dan berkelanjutan agar sesuai dengan misi sebuah institusi pendidikan. Lebih penting dari pada itu adalah bagaimana guru mempunyai jiwa/roh sebagai pendidik di tengah-tengah peserta didik.

Sumber : http:///www.wikimu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar