Selasa, 29 September 2009

Konsep Diri dan Proses Perubahan Diri menjadi Positif


-->
-->
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri merupakan hal yang berkaitan dengan diri individu. Dimana seorang individu dapat menjalankan kehidupan dengan baik, sehat secara fisik dan psikologis tentunya diawali dengan memiliki konsep diri yang baik pada dirinya serta stabil.
Bahwasanya konsep diri merupakan hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Sehingga hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal.
Oleh karena itu seorang individu perlu memahami akan konsep dirinya dalam menjalakan hidupnya, terutama melakukan perencanaan, penilaian, dan evaluasi terkait perilaku berupa sikap atau tingkah lakunya dalam menjalankan kehidupannya sebagai makhluk social. Individu akan lebih memahami dirinya dan mengetahui apa yang dibutuhakan untuk dirinya jika telah melakukan kosep diri yang dinilai positif.
Dalam menulis makalah ini, anda bermaksud menggambarkan konsep diri yang ada dalam diri anda, dalam konteks konsep diri yang berupa fisik, pribadi, social, moral etik, keluarga dan akademik. Sehingga terlihat cir-ciri konsep diri anda secara positif dan negatif.
B. Identifikasi Masalah
1. Mengetahui gambaran konsep diri dari anda.
2. Mengetahui hambatan atau masalah yang dihadapi anda dalam mencapai konsep diri yang baik.
C. Pembatasan Masalah
1. Perencanaan yang dilakukan anda dalam mengubah konsep diri yang lebih baik.
2. Permasalahan anda dalam mengubah konsep diri menjadi lebih baik.
3. Upaya anda dalam proses mengubah konsep diri menjadi lebih baik.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (1990) merupakan kumpulan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Senada dengan kedua tokoh tersebut, Shavelson dkk. (dalam Vispoel, 1995) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang terbentuk melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan orang lain, dan hasil interpretasi dari pengalaman-pengalaman yang didapatkannya tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Brooks (dalam Rahmat, 2000) memaparkan bahwa konsep diri merupakan persepsi terhadap diri sendiri, baik fisik, sosial, maupun psikologis, yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman dan hasil dari interaksi dengan orang lain. Tidak hanya persepsi yang bersifat deskriptif, tapi juga penilaian terhadap diri sendiri. Verderber (dalam Sobur, 2003) juga memberikan pemaknaan tentang konsep diri sebagai keseluruhan persepsi seseorang terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Maka tidaklah keliru jika filosof John Donne (dalam Parrott & Parrott, 2001) dengan ringkas mengatakan, “No man is an island (tak ada satu manusia pun yang mampu untuk hidup sendiri)”. Manusia tidak akan pernah berhenti membutuhkan manusia lain untuk membantunya dalam membangun konsep diri yang lebih baik.
Hampir senada dengan Parrott & Parrott, Mead (dalam Harre & Lamb, 1996) dalam bukunya yang berjudul Mind, Self and Society yang terbit pada tahun 1934, menuliskan bahwa konsep diri merupakan konstruksi sosial yang seluruhnya merupakan refleksi berbagai pendapat dan sikap yang disampaikan oleh orang lain, yang berarti bagi individu.
Pendapat yang tidak berbeda dengan yang dikemukakan oleh Rogers (dalam Lefton, 1985; Vogel, 1986) bahwa konsep diri merupakan pandangan seseorang tentang dirinya sendiri. Akan tetapi pandangan tersebut tumbuh dari pengalaman bersama dengan orang lain dari hari ke hari. Jika seorang anak diberitahu bahwa ia cantik, pintar, dan rajin, maka mereka akan mengembangkan konsep diri yang positif. Kondisi yang berbeda akan dijumpai pada anak yang diberitahu bahwa mereka jelek, bodoh, dan pemalas. Pada kondisi demikian, perasaan negatif pada diri anak akan muncul, dan ke depan ia akan tumbuh dengan konsep diri yang buruk (Malik, 2003).
Jika kepribadian seseorang dapat diamati dari perilaku-perilakunya yang manifes dalam berbagai situasi, maka konsep diri tidak dapat diamati secara eksplisit seperti halnya perilaku dan ekspresi seseorang. Manifestasi konsep diri yang tercermin dalam pola reaksi seseorang, dapat diamati dari reaksi yang relatif menetap pada pola perilaku seseorang. Misalnya seseorang yang memiliki pola perilaku optimis, akan berperilaku tidak mudah menyerah, penuh semangat dan vitalitas, percaya pada kemampuannya, dan senantiasa memiliki keinginan untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru yang dianggap berguna. Perilaku yang teramati dan kemudian merupakan pola perilaku individu ini merupakan cerminan konsep diri yang positif. Sebaliknya, seseorang yang selalu menganggap dirinya tidak mempunyai kemampuan apa-apa, cenderung akan merasa gentar untuk menghadapi hal-hal baru, di samping ketakutannya akan sebuah kegagalan. Kondisi ini merupakan cerminan konsep diri yang negatif (Widodo & Rusmawati, 2004).
Burns (1993) berpendapat bahwa konsep diri adalah kesan yang ditangkap oleh seseorang terhadap diri sendiri secara menyeluruh, yang di dalamnya mencakup persepsi tentang diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapat tentang hal-hal yang telah dicapai. Berbeda dengan Burns, Rosenberg (dalam Partosuwido, 1992) menyatakan bahwa konsep diri merupakan perwujudan struktur mental, totalitas dari pikiran, dan perasaan individu dalam hubungannya dengan diri sendiri sebagai subyek dan obyek.
Hurlock (1979) mengemukakan bahwa konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi yang telah mereka capai dalam hidup. Santrock (2003) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan evaluasi individu terhadap domain yang spesifik dari dirinya.
Pandangan ini agak berbeda jika dibandingkan dengan pandangan- pandangan sebelumnya yang lebih banyak menekankan pada keterlibatan orang lain dalam pembentukan sebuah konsep diri serta evaluasi yang bersifat menyeluruh terhadap diri individu, maka Santrock lebih menekankan pada spesifikasi domain pada diri yang menjadi titik tolak evaluasi. Santrock membedakan antara konsep diri dengan rasa percaya diri. Jika konsep diri merujuk pada spesifikasi domain evaluasi (misal domain akademik, fisik), maka rasa percaya diri lebih merupakan evaluasi yang menyeluruh. Gross (dalam Reinecke, 1993) memandang bahwa konsep diri pada dasarnya merupakan pandangan subyektif seseorang terhadap citra dirinya sebagai pribadi.
B. Aspek-Aspek Konsep Diri
Fitts (dalam Robinson & Shaver, 1975) membagi aspek-aspek konsep diri individu menjadi dua dimensi besar, yaitu:
Dimensi Internal, terdiri atas tiga bagian:
1. Diri identitas, yaitu label ataupun simbol yang dikenakan oleh seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya. Label- label ini akan terus bertambah seiring dengan bertumbuh dan meluasnya kemampuan seseorang dalam segala bidang.
2. Diri pelaku, yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan rangsang internal maupun eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut akan berdampak pada lanjut tidaknya perilaku tersebut, sekaligus akan menentukan apakah suatu perilaku akan diabstraksikan, disimbolisasikan, dan digabungkan dalam diri identitas.
3. Diri penilai, yang lebih berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, penghayal, pembanding, dan terutama sebagai penilai. Di samping fungsinya sebagai jembatan yang menghubungkan kedua diri sebelumnya.
Dimensi Eksternal (terkait dengan konsep diri positif dan negatif), terdiri dari enam bagian:
1. Konsep diri fisik, yaitu cara seseorang dalam memandang dirinya dari sudut pandang fisik, kesehatan, penampilan keluar, dan gerak motoriknya. Konsep diri seseorang dianggap positif apabila ia memiliki pandangan yang positif terhadap kondisi fisiknya, penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya, tampan atau cantiknya, serta ukuran tubuh yang ideal. Dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang rendah atau memandang sebelah mata kondisi yang melekat pada fisiknya, penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya, tampan atau cantiknya, serta ukuran tubuh yang ideal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moreno & Cervelló (2005) membuktikan bahwa terdapat relevansi yang signifikan antara intensitas melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dengan tinggi rendahnya konsep diri fisik individu. Semakin sering individu melakukan kegiatan-kegiatan fisik—seperti olah raga, bekerja—maka akan semakin tinggi pula konsep diri fisiknya, demikian pula sebaliknya.
2. Konsep diri pribadi, yaitu cara seseorang dalam menilai kemampuan yang ada pada dirinya dan menggambarkan identitas dirinya. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila ia memandang dirinya sebagai pribadi yang penuh kebahagiaan, memiliki optimisme dalam menjalani hidup, mampu mengontrol diri sendiri, dan sarat akan potensi. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang dirinya sebagai individu yang tidak pernah (jarang) merasakan kebahagiaan, pesimis dalam menjalani kehidupan, kurang memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri, dan potensi diri yang tidak ditumbuhkembangkan secara optimal.
3. Konsep diri sosial, yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi seseorang terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya sendiri, berkaitan dengan kapasitasnya dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosialnya. Konsep diri dapat dianggap positif apabila ia merasa sebagai pribadi yang hangat, penuh keramahan, memiliki minat terhadap orang lain, memiliki sikap empati, supel, merasa diperhatikan, memiliki sikap tenggang rasa, peduli akan nasib orang lain, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial di lingkungannya. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia merasa tidak berminat dengan keberadaan orang lain, acuh tak acuh, tidak memiliki empati pada orang lain, tidak (kurang) ramah, kurang peduli terhadap perasaan dan nasib orang lain, dan jarang atau bahkan tidak pernah melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas sosial.
4. Konsep diri moral etik, berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, serta penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya terkait dengan relasi personalnya dengan Tuhan, dan segala hal yang bersifat normatif, baik nilai maupun prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila ia mampu memandang untuk kemudian mengarahkan dirinya untuk menjadi pribadi yang percaya dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral etik, baik yang dikandung oleh agama yang dianutnya, maupun oleh tatanan atau norma sosial tempat di mana dia tinggal. Sebaliknya, konsep diri individu dapat dikategorikan sebagai konsep diri yang negatif bila ia menyimpang dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral etika yang berlaku—baik nilai-nilai agama maupun tatanan sosial—yang seharusnya dia patuhi.
5. Konsep diri keluarga, berkaitan dengan persepsi, perasaan, pikiran, dan penilaian seseorang terhadap keluarganya sendiri, dan keberadaan dirinya sendiri sebagai bagian integral dari sebuah keluarga. Seseorang dianggap memiliki konsep diri yang positif apabila ia mencintai sekaligus dicintai oleh keluarganya, merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, merasa bangga dengan keluarga yang dimilikinya, dan mendapat banyak bantuan serta dukungan dari keluarganya. Dianggap negatif apabila ia merasa tidak mencintai sekaligus tidak dicintai oleh keluarganya, tidak merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, tidak memiliki kebanggaan pada keluarganya, serta tidak banyak memperoleh bantuan dari keluarganya.
6. Konsep diri akademik, berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan penilaian seseorang terhadap kemampuan akademiknya. Konsep diri positif apabila ia menganggap bahwa dirinya mampu berprestasi secara akademik, dihargai oleh teman-temannya, merasa nyaman berada di lingkungan tempat belajarnya, menghargai orang yang memberi ilmu kepadanya, tekun dalam mempelajari segala hal, dan bangga akan prestasi yang diraihnya. Dapat dianggap sebagai konsep diri akademik yang negatif apabila ia memandang dirinya tidak cukup mampu berprestasi, merasa tidak disukai oleh teman-teman di lingkungan tempatnya belajar, tidak menghargai orang yang memberi ilmu kepadanya, serta tidak merasa bangga dengan prestasi yang diraihnya (dalam Nashori, 2000).
Kuper & Kuper (2000) menyebutkan dua aspek besar dalam menjelaskan konsep diri, yaitu identitas dan evaluasi diri. Pertama, konsep identitas. Konsep ini terfokus pada makna yang dikandung diri sebagai suatu obyek, memberi struktur dan isi pada konsep diri, dan mengaitkan diri individu pada sistem sosial.
Secara umum, identitas mengacu pada siapa atau apa dari seseorang, sekaligus mengacu pada pelbagai makna yang diberikan pada seseorang oleh dirinya sendiri dan orang lain. Kedua, evaluasi diri (atau harga diri) dapat terjadi pada identitas-identitas tertentu yang dianut oleh individu, atau dapat juga terjadi pada evaluasi holistik tentang diri. Menurut Gecas & Schwalbe (dalam Kuper & Kuper, 2000) individu biasanya lebih tertarik untuk membuat evaluasi diri berdasarkan dua kategori besar, yaitu pengertian mereka tentang kompetensi atau kemampuan diri mereka, dan pengertian mereka tentang kebaikan atau nilai moral.
Calhoun & Acocella (1990) membagi konsep diri ke dalam tiga dimensi, yaitu:
1. dimensi pengetahuan, yaitu deskripsi seseorang terhadap dirinya. Misalnya jenis kelamin, etnis, ras, usia, berat badan, atau pekerjaan.
2. dimensi harapan, yaitu kepemilikan seseorang terhadap satu set pandangan mengenai kemungkinan akan menjadi apa dirinya kelak.
3. dimensi penilaian, yaitu penilai tentang diri sendiri. Berdasarkan hasil penelitiannya Marsh (1987) menyimpulkan bahwa evaluasi atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rangka untuk memperbaiki diri sendiri di masa mendatang akan memunculkan konsep diri yang sangat kuat.
C. Ciri-ciri Konsep Diri
Menurut Calhoun & Acocella (1995), konsep diri merupakan gambaran mental terhadap diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri, pengharapan bagi diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Salah satu ciri dari konsep diri yang negatif akan terkait secara langsung dengan pengetahuan yang tidak tepat terhadap diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis atau mengada-ada, serta harga diri yang rendah. Untuk menghindari hal tersebut, Sheerer (dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:
1. mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang dijalaninya,
2. menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan manusia lainnya,
3. mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,
4. bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,
5. menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,
6. kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri, sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,
7. memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan
8. tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada dirinya.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dikembangkan oleh seseorang (positif ataupun negatif) akan sangat menentukan bagaimana ia dapat menerima kondisi yang sedang terjadi atas dirinya, sekaligus bagaimana ia bersikap ketika sedang mengalami masalah atau kesulitan dalam kehidupannya.
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).
1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception ( persepsi diri sendiri )
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Konsep Diri Anda
Sejauh ini pengenalan dan pemahaman yang dilakukan anda dalam melihat dirinya masih merupakan konsep diri yang kurang artinya bergerak kearah negatif. Selain itu kekurangan itu belum disadari dengan menjalankan suatu perubahan yang sangat siginifican menuju konsep diri yang lebih baik. Anda tetap bergerak dengan pola kehidupannya yang tak pernah disadari apakah ini positif atau negatif. Anda mempunyai cita-cita ke arah positif namun dapat dikatakan sebgai seorang pemimpi saja setelah disadari. Karena perlu diketahui apabila seorang individu memulai menetapkan atau menanam suatu impian maka sebaiknya memulai dengan focus akan rencana-rencana apa saja yang dapat menunjang untuk mencapai impian anda.
Gambaran Konsep diri Anda.
1. Fisik
· Bentuk tubuh kurang proposional.
· Tidak menyukai warna kulit yang berwarna kuning langsat.
· Wajah biasa tidak cantik ataupun jelek.
· Tubuh selalu berupaya wangi dengan menggunakan pengharum.
· Penampilan menarik.
2. Pribadi
· Berbicara tidak selalu sopan tergantung situasi berhadapan dengan siapa atau di tempat yang seperti apa.
· Ibadah biasa saja tidak berlebihihan.
· Tidak jujur.
· Pemaaf.
· Dapat dipercaya.
· Malas.
· Mandiri.
· Termasuk percaya diri
· Bekerja jika ada tugas dan harus dikerjakan.
· Mudah menyesuaikan diri.
· Mengeluh.
· Terkadang cengeng, egois, dan sombong
3. Keluarga
· Suka membantu orangtua contoh dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
· Sayang pada keluarga.
· Terkadang suka melawan orang tua.
4. Diri Sosial
· Suka menolong orang terutama teman.
· Rmah dalam berbicara
· Menghormati privasi orang lain.
· Sulit untuk berkompromi
· Sombong
· Merasa paling hebat
· Terkadang memaksakan keinginan
B. Perencanaan Perubahan Konsep Diri Anda
Perubahan akan konsep diri yang dilakukan oleh anda tentunya dilakukan dengan proses yang bertahap, karena seperti kita ketahui perubahan tidak dapat dilakukan secara instan. Perlu diketahui pula bahwa perubahan perspektif akan mengubah sikap suatu individu, yang nantinya akan membantu mewujudkan sikap individu dalam bertindak. Perubahan yang akan dilakukan anda akan dimulai saat ini dan di tahun ini, yaitu :
1. Memilki niat dan kemauan untuk berubah.
2. Melakukan pengakuan diri yang jujur terhadap perjalanan hidup yang memang anda memilki konsep diri yang buruk.
3. Menanamkan keberanian, semangat, motivasi untuk melakukan konsep diri yang baik.
4. Mau belajar terhdap orang lain yang memang memilki konsep diri yang baik.
5. Mengawali dengan sikap yang rendah hati dalam menjalakan proses perubahan konsep diri ini.
6. Berfokus untuk merubah dari kegagalan konsep diri yang buruk.
7. Merubah perilaku anda pada konsep diri fisik, pribadi, moral etika, social, keluarga akademik yang kurang baik menjadi lebih baik, yaitu dengan belajar memulai menyadari setiap perilaku buruk yang telah dilakukannya, dan melakukan instropeksi setiap saat.
8. Menambah bentuk-bentuk perilaku yang dapat menunjang konsep diri anda kearah yang lebih baik. Yaitu berupa inisiati, disiplin, rajin, dan memfokuskan diri pada apa yang dikerjakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
9. Berusaha untuk komitmen mengendalikan diri terhadap perubahan tersebut dan selalu sadar ketika perilaku atau sikap mulai menyimpang dari apa yang direncanakan.
10. Berupaya menumbuhkan sikap optimis, berpenghargaan besar, berambisi dan berani mengahadapi tantangan serta resiko.
11. Memulai untuk menyukai, bangga, dan menyayangi diri sendiri.
12. Memulai memotivasi diri sendiri dengan hal-hal : rasa antusias, penuh dengan rasa ingin tahu, baca buku, merenungkan setiap perubahan yang telah dilakukan, dan membayangka ketika konsep diri yang baik tercapai.
13. Bersikap untuk tetap bergairah menjalakan kehidupan, terus belajar untuk mengembangkan potensi diri dan kepribadian, untuk lebih berani mengahadapi tantangan, untuk selalu berbicara positif, menjadikan presentasi lebih baik, selalu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
Pelaksananan perubahan konsep diri anda ini dilakukan secara bertahap, perubahan itu akan terjadi ketika seorang individu menyadari bahwa konsep diri yang selama ini dilakukannya dinilai kurang baik ayau dapat diartikan penilaian akan perilaku kehidupan sehari-harinya yang masih dirasa kurang dan cenderung buruk.
Perubahan akan dilakukan anda yang paling utama didasari atas kesadaran konsep diri yang dinilai buruk dan kurang, serta dijalankan dengan niat yang konsisiten.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwasannya konsep diri merupakan bagaimana seorang individu memberkan penilaian akan keberadaan dirinya yang dimulai dengan fisik, pribadi, diri social, moral, keluarga, dan akademik. Dimana konsep diri manusia terbentuk karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu teori perkembangan, keberadaan seseorang dengan orang terdekatnya, dan keberadaan individu terhadap dirinya sendiri, sehingga akan menghasilkan konsep diri yang bercirikan negatif dan positif dalam diri individu itu sendiri.
Penilaian konsep diri yang cenderung lebih kearah negative maka dapat diadakannya suatu perubahan untuk menuju perubahan konsep diri yang baik dengan adanya kesadaran dan niat, serta selalu konsisten dalam menjalakan suatu perubahan pada dirinya.
B. Saran
Dalam melakukan perubahan konsep diri yang negative menuju konsep diri yang positif, maka sebaiknya selalu menginstrospeksi diri setiap saat atau setiap hari apakah proses perubahan sudah berjalan dan perubahan sudah benar-benar terjadi dalam diri kita.
DAFTAR PUSTAKA